Thursday, 25 June 2009

ANTIPIRETIK

I. Pendahuluan
Demam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh melawan infeksi. Kebanyakan bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi pada manusia hidup subur pada suhu 37 derajat C. Meningkatnya suhu tubuh beberapa derajat dapat membantu tubuh melawan infeksi. Demam akan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk membuat lebih banyak sel darah putih, membuat lebih banyak antibodi dan membuat lebih banyak zat-zat lain untuk melawan infeksi (Wibowo, S., 2006).
Suhu tubuh normal bervariasi tergantung masing-masing orang, usia dan aktivitas. Rata-rata suhu tubuh normal adalah 37 derajat C.
Suhu tubuh kita biasanya paling tinggi pada sore hari. Suhu tubuh dapat meningkat disebabkan oleh aktivitas fisik, emosi yang kuat, makan, berpakaian tebal, obat-obatan, suhu kamar yang panas, dan kelembaban yang tinggi. Ini terutama pada anak-anak. Suhu tubuh orang dewasa kurang bervariasi. Tetapi pada seorang wanita siklus menstruasi dapat meningkatkan suhu tubuh satu derajat atau lebih (Wibowo, S., 2006).
Yang mengatur suhu tubuh kita adalah hipotalamus yang terletak di otak. Hipotalamus ini berperan sebagai thermostat. Thermostat adalah alat untuk menyetel suhu seperti yang terdapat pada AC. Hipotalamus kita mengetahui berapa suhu tubuh kita yang seharusnya dan akan mengirim pesan ke tubuh kita untuk menjaga suhu tersebut tetap stabil (Wibowo, S., 2006).
Pada saat kuman masuk ke tubuh dan membuat kita sakit, mereka seringkali menyebabkan beberapa zat kimiawi tertentu beredar dalam darah kita dan mencapai hipotalamus. Pada saat hipotalamus tahu bahwa ada kuman, maka secara otomatis akan mengeset thermostat tubuh kita lebih tinggi. Misalnya suhu tubuh kita harusnya 37 derajat C, thermostat akan berkata bahwa karena ada kuman maka suhu tubuh kita harusnya 38,9 derajat C. Ternyata dengan suhu tubuh yang lebih tinggi adalah cara tubuh kita berperang dalam melawan kuman dan membuat tubuh kita menjadi tempat yang tidak nyaman bagi kuman (Wibowo, S., 2006).
II. Tujuan Percobaan
- Untuk mengetahui mekanisme kerja dari 2,4-dinitrofenol
- Untuk mengetahui mekanisme kerja dari parasetamol
- Untuk membandingkan khasiat dari parasetamol dan obat x sebagai antipiretik

III. Prinsip Percobaan
Pemberian 2,4-dinitrofenol sebagai pirogen eksogen akan merangsang pengeluaran prostaglandin d hipotalamus sehingga suhu thermostat meningkat dan tubuh menjadi panas untuk menyesuaikan dengan suhu thermostat, dan pemberian parasetamol dapat menurunkan suhu tubuh sampai batas normal yaitu berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur panas di hipotalamus yang bekerja dengan dua proses, efek sentral yaitu dengan menghambat siklus COX-2 sehingga tidak terjadi pembentukan prostaglandin dari asam arakidonat, dimana prostaglandin tidak akan merangsang lagi thermostat untuk menaikkan suhu tubuh. Dan efek perifer dimana saraf simpatis di kulit bekerja mengaktifkan reseptor-reseptor panas di kulit sehingga terjadi vasodilatasi perifer. Dengan terjadinya vasodilatasi ini, panas lebih cepat terkonduksi ke jaringan kulit dan melalui alran udara terjadi konveksi sehingga panas dikeluarkan dan disertai keluarnya keringat. Maka lama-kelamaan suhu tubuh akan turun

IV. Tinjauan Pustaka
Demam yang berarti suhu tubuh di atas batas normal biasa dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penakir bakteri, tumor otak, atau dehidrasi (Arthur C. Guyton, 2001).
Pada umumnya demam adalah juga suatu gejala dan bukan merupakan penyakit tersendiri.Kini, para ahli bersependapat bahwa demam adalah suatu reaksi tangkis yang berguna dari tubuh terhadap infeksi.Pada suhu diatas 37oC limfosit dan makrofag menjadi lebih aktif.Bila suhu melampaui 40-41oC, barulah terjadi situasi kritis yang bisa menjadi fatal, karena tidak terkendalikan lagi oleh tubuh (Tjay, T.H., dan Kirana Rahardja, 2002).
Banyak protein, hasil pemecahan protein, dan zat-zat tertentu, seperti toksin lipopolisakaridayang disekresi oleh bakteri dapat menyebabkan titik setel thermostat hipotalamus meningkat. Zat-zat yang menyebabkan efek ini dinamakan pirogen. Terdapat pirogen yang disekresikan oleh bakteri toksik atau pirogen yang dikeluarkan dari degenerasi jaringan tubuh yang menyebabkan demam selama sakit. Bila titik setek thermostat hipotalamus meningkat lebih tinggi dari normal, semua mekanisme untuk meningkatkan suhu tubuh bekerja, termasuk konservasi panas dan peningkatan pembentukan panas. Dalam beberapa jamsetelah thermostat diubah ke tingkat yang lebih tinggi, suhu tubuh juga mencapai tingkat tersebut (Arthur C. Guyton, 2001).
Untuk memberikan suatu gambaran efek pirogen yang sangat kuat dalam mengubah thermostat hipotalamus, beberapa nanogram pirogen endogen murni yang disuntikkan ke binatang dapat menyebabkan demam berat (Arthur C. Guyton, 2001).
Bila pengaturan thermostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat kerusakan jaringan, zat pirogen, atau dehidrasi, suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu yang baru. Misalnya, setelan thermostat hipotalamus dapat segera meningkat sampai 103o F. karena suhu darah lebih rendah daripada setelan suhu thermostat hipotalamus, terjadi respon otonom yang biasanya menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Selama periode ini orang akan menggigil, selama mana ia merasakan sangat dingin, walaupun suhu tubuhnya sudah melebihi suhu normal. Kulitnya juga dingin sebab vasokonstriksi, dan ia gemetar karena menggigil. Menggigil terus berlangsung sampai suhu tubuhnya ke tingkat ‘setting’ hipotalamus yaitu 103o F. kemudian, bila suhu tubuh mencapai nilai ini, ia tidak lagi menggigil tetapi sebagai gantinya ia tidak merasa dingin atau panas. Selama factor yang menyebabkan thermostat hipotalamus di ste pada nilai yang tinggi, efeknya terus berlangsung, suhu tubuh kurang lebih diatur dengan cara normal tetapi pada tingkat suhu yang lebih tinggi (Arthur C. Guyton, 2001).
Bila factor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan, thermostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai yang rendah – mungkin malahan kembali ke tingkat normal. Pada keadaan ini, suhu darah tetap 103o F, tetapi hipotalamus mencoba mangatur suhu tubuh pada 98,6o F, keadaan ini analog dengan pemanasan berlebihan area preoptika, yang mneyebabkan berkeringat yang berlebihan dan pembentukan kulit yang panas dengan mendadak karena terjadi vasodilatasi di seluruh tubuh. Perubahan peristiwa yang mendadak ini pada penyakit demam disebut “krisis” atau, yang lebih tepat “flush” (Arthur C. Guyton, 2001).
Prostaglandin adalah senyawa mediator yang penting pada kejadian nyeri dan radang. Secara kimia ia adalah turunan asam prostanoat yang dibentuk invivo dari asam arakhidoklat, suatu asam lemak C-20 dengan empat ikatan rangkap oksidasi dan siklisasi asam arakidonat yang dikatalisis oleh protagladin sintetase, menghasilkan suatu endoperoksida siklik yang sebagai zat kunci diisomerisasi menjadi prostagladin E2 (PGE2) atau menjadi prostagladin lain. Zat seperti asam asetil salisilat atau indometasin mewujudkan kerja analgetik dan antiflogistiknya pada dasarnya melalui hambatan prostagladin sintetase yang terdapat pada jaringan perifer (Schunack, W., 1990).
Daya kerja antipiretik bertentangan dengan efek analgetik dan antipiretik, dikembalikan pada penghambatan mekanisme sentral. Bila pusat panas yang terletak dihipotalamus dianggap sebagai termostat, maka zat-zat yang menimbulkan demam (pirogen) bekerja meninggikan nilai ambang melalui stimulasi sintesis prostagladin. Penurunannya dan dengan demikian penurunan suhu tubuh dapat diharapkan dari zat zat inhibiton prostagladin-sintetase yang dapat mempermeasi dengan baik ke dalam SSP (Schunack, W., 1990).
Asetaminofen adalah salah satu obat yang terpenting untuk pengobatan nyeri ringan sampai sedang, bila efek anti-inflamasi tidak diperlukan. Asetaminofen merupakan metabolik fenasetin yang bertanggung jawab atas efek analgesiknya. Obat ini adalah penghambat prostaglandin yang lemah pada jarinagn perifer dan tidak memiliki efek anti-inflamasi yang bermakna (Katzung, B.G., 1998).
Asetaminofen diberikan peroral. Absorpsi tergantung pada kecepatan pengosongan lambung, dan kadar puncak dalam darah biasanya tercapai dalam waktu 30-60 menit. Asetaminofen sedikit terikat dengan protein plasma dan sebagian dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati dan diubah menjadi asetaminofen sulfat dan glukuronida, secara farmakologi tidak aktif. Kurang dari 5 % diekskrasikan dalam bentuk tidak berubah. Suatu metabolik minor tetapi sangat aktif (N-asetil-p-benzo-kuinon), penting pada dosis besar, karena toksisitasnya terhadap hati dan ginjal. Waktu paruh asetaminofen 2-3 jam dan relatif tidak dipengaruhi oleh fungsi ginjal. Pada jumlah toksis atau adanya penyakit hati, waktu paruhnya bisa meningkat 2 kali lipat atau lebih (Katzung, B.G., 1998).
Walaupun efek analgesik dan antipiretiknya setara dengan aspirin, asetaminofen berbeda karena tidak adanya efek anti-inflamasi. Obat ini tidak mempengaruhi kadar asam urat dan tidak mempunyai sifat menghambat trombosit. Obat ini berguna untuk nyeri ringan sampai sedang seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri pasca persalinan dan keadaan lain, dimana aspirin efektif sebagai analgesik. Asetaminofen sendiri tidak ade kuat untuk terapi keadaan peradangan seperti atritis rematoid, walaupun dapat digunakan sebagai analgesik tambahan pada terapi anti-inflamasi (Katzung, B.G., 1998).
Untuk analgesia ringan, asetaminofen merupakan oabt yang lebih disukai pada penderita yang alergi dengan aspirin atau jika salisilat tidak dapat ditoleransi. Obat ini lebih disukai daripada aspirin. Pada penderita hemofilia atau dengan riwayat tukak lambung dan pada penderita yang mendapat bronkospasme yang dicetuskan oleh aspirin. Tidak seperti aspirin, asetaminofen tidak mengantagonis efek obat urikosurik; dapat diberikan bersama dengan probenesid pada pengobatan gout (Katzung, B.G., 1998).
Efek antipiretik dari Aspirin
Demam terjadi jika “set point” pada pusat pengatur panas di hipotalamus anterior meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh sintesis PGE2, yang dirangsang bila suatu zat penghasil demam endogen (pirogen) seperti sitokin dilepaskan dari sel darah putih yang diaktivasi oleh infeksi, hipersenitivitas, keganasan atau inflamasi. Salisilat menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan jalan menghalangin sintesa dan penglepasan PGE2. Aspirin mengembalikan “thermostat” kembali ke normal dan cepat menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan meningkatkan pengeluaran panas sebgai akibat vasodilatasi perifer dan berkeringat. Aspirin tidak mempunyai efek pada suhu tubuh normal (Mycek, M. J., Harvey, R.A., Champe, P. C., 2001).
Penggunaan klinik:
Pada antipiretik dan analgesic: Natrium salisilat, kolin salisilat (dalam formula liquid), kolin magnesium salisilat dan aspirin digunakan sebagai antipiretik dan analgesic pada pengobatan gout, demam rematik, dan atritis rematoid. Umumnya mengobati kondisi-kondisi ini memerlukan analgesia termasuk nyeri kepala, artralgia, dan mialgia (Mycek, M. J., Harvey, R.A., Champe, P. C., 2001).
Setelah hipotalamus mengeset suhu baru untuk tubuh kita, maka tubuh kita akan bereaksi dan mulai melakukan pemanasan. Jadi setelah hipotalamus mengeset pada suhu 38,9 derajat C misalnya, maka suhu tubuh kita yang tadinya 37 derajat C, oleh tubuh kita akan dinaikkan menjadi 38,9 derajat C. Pada saat tubuh menuju ke suhu baru kita akan merasa menggigil. Kita dapat pula merasa sangat dingin meskipun ruangan tidak dingin dan bahkan meskipun kita sudah memakai baju tebal dan selimut. Jika tubuh sudah mencapai suhu barunya, katakanlah 38,9 derajat C maka kita tidak akan merasa dingin lagi (Wibowo, S., 2006).
Banyak orangtua takut bahwa demam akan menyebabkan kerusakan otak. Kerusakan otak dari demam umumnya tidak akan terjadi kecuali demam melebihi 42 derajat C. Kebanyakan orangtua juga takut bahwa demam yang tidak diobati akan semakin tinggi dan semakin tinggi. Demam yang tidak diobati yang disebabkan oleh infeksi jarang yang melebihi 40,6 derajat C kecuali anak tersebut diberikan pakaian yang berlebihan atau terjebak dalam suatu tempat yang panas. Thermostat di otak akan menghentikan demam agar tidak melebihi 41,1 derajat C (Wibowo, S., 2006).
Setelah penyebab yang menimbulkan demam lenyap, maka hipotalamus akan mengeset semuanya kembali seperti sediakala. Pada saat obat untuk radang tenggorokan kita sudah mulai bekerja misalnya, maka suhu tubuh kita akan mulai turun dan kembali ke normal. Kita akan merasa hangat dan perlu melepaskan panas yang berlebihan yang masih ada di tubuh. Kita akan berkeringat dan ingin memakai pakairan yang lebih tipis (Wibowo, S., 2006).
Demam bukan suatu penyakit. Jauh dari sebagai musuh, demam adalah suatu bagian penting dari pertahanan tubuh kita melawan infeksi. Banyak bayi dan anak-anak menjadi demam tinggi oleh penyakit-penyakit virus ringan. Jadi demam memberitahukan kepada kita bahwa suatu peperangan mungkin sedang terjadi di dalam tubuh kita, demam berperang untuk kita, bukan untuk melawan kita (Wibowo, S., 2006).
Banyak bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi pada manusia hidup subur pada suhu 37 derajat C. Meningkatkan suhu tubuh beberapa derajat dapat membantu tubuh memenangkan pertempuran melawan bakteri dan virus tadi. Selain itu demam akan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk membuat lebih banyak sel darah putih, antibodi dan zat-zat lain untuk melawan infeksi (Wibowo, S., 2006).
Banyak orangtua takut bahwa demam akan menyebabkan kerusakan otak. Kerusakan otak dari demam umumnya tidak akan terjadi kecuali demam melebihi 42 derajat C. Kebanyakan orangtua juga takut bahwa demam yang tidak diobati akan semakin tinggi dan semakin tinggi. Demam yang tidak diobati yang disebabkan oleh infeksi jarang yang melebihi 40,6 derajat C kecuali anak tersebut diberikan pakaian yang berlebihan atau terjebak dalam suatu tempat yang panas. Thermostat di otak akan menghentikan demam agar tidak melebihi 41,1 derajat C. Heatstroke atau hyperthermia tidak sama dengan demam, oleh karena peningkatan suhu tubuh yang terjadi bukan disebabkan hipotalamus menaikkan set pointnya. Ini dapat terjadi akibat berolahraga terlalu lelah tanpa minum yang cukup atau terpapar dengan lingkungan yang panas, dan bisa juga disebabkan oleh beberapa obat-obatan tertentu. Hyperthermia dapat membahayakan jiwa (Wibowo, S., 2006).
Demam yang tidak dapat dijelaskan yang berlangsung selama beberapa hari atau beberapa minggu disebut dokter sebagai FUO (fever of undetermined origin). Kebanyakan disebabkan oleh suatu infeksi yang tersembunyi (Wibowo, S., 2006).
Penyebab Umum
• Infeksi virus dan bakteri;
• Flu dan masuk angin;
• Radang tenggorokan;
• Infeksi telinga
• Diare disebabkan bakterial atau diare disebabkan virus.
• Bronkitis akut, Infeksi saluran kencing
• Infeksi saluran pernafasan atas (seperti amandel, radang faring atau radang laring)
• Obat-obatan tertentu
• Kadang-kadang disebabkan oleh masalah-masalah yang lebih serius seperti pneumonia, radang usus buntu, TBC, dan radang selaput otak.
• Demam dapat terjadi pada bayi yang diberi baju berlebihan pada musim panas atau pada lingkungan yang panas.
• Penyebab-penyebab lain: penyakit rheumatoid, penyakit otoimun, Juvenile rheumatoid arthritis, Lupus erythematosus, Periarteritis nodosa, infeksi HIV dan AIDS, Inflammatory bowel disease, Regional enteritis, Ulcerative colitis, Kanker, Leukemia, Neuroblastoma, penyakit Hodgkin, Non-Hodgkin's lymphoma (Wibowo, S., 2006).
Beberapa petunjuk untuk minum obat:
• Acetaminophen (paracetamol) dan ibuprofen dapat mengurangi demam pada anak dan dewasa. Beberapa merek dagang acetaminophen: Panadol, Tempra, Sanmol, Praxion, dll. Beberapa merek dagang ibuprofen: Proris, Rhelafen, Bufect, dll. Minum acetaminophen setiap 4 – 6 jam. Obat ini bekerja cepat dengan cara menurunkan thermostat otak. Minum ibuprofen setiap 6 – 8 jam. Seperti aspirin, ibuprofen membantu melawan peradangan pada sumber demam. Kadang-kadang dokter menganjurkan anda untuk menggunakan kedua macam obat ini bergantian. Sebenarnya hal ini belum didukung data mengenai keamanan dan keefektifannya. Ibuprofen tidak boleh dipakai untuk bayi denga usia kurang dari 6 bulan.
• Aspirin sangat efektif untuk mengobati demam pada orang dewasa. JANGAN memberikan aspirin pada anak-anak.
• Obat-obatan penurun panas tersedia dalam konsentrasi yang berbeda-beda, jadi selalu perhatikan instruksi pada kemasan.
• Jangan berikan obat-obatan apapun untuk menurunkan demam pada bayi berusia 3 bulan ke bawah tanpa petunjuk dokter (Wibowo, S., 2006).
Batasan suhu normal
Suhu normal rectal pada anak kurang dari 3 tahun sampai 380C, sedangkan suhu normal oral (mulut) sampai 37,50C. Pada anak berumur lebih dari 3 tahun suhu normal oral (mulut) sampai 37,20C, sedangkan suhu normal rectal sampai 37,80 C. American Academy of Pediatrics (AAP) menganjurkan bila anak berumur kurang dari 2 bulan dengan suhu rectal lebih dari 37,90 C segera menghubungi dokter. Demikian pula bila bayi berumur 3-6 bulan dengan suhu rectal lebih dari 38,30 C atau berumur lebih dari 6 bulan dengan suhu lebih dari 39,40 C secepatnya anak diperiksakan ke dokter (Hardaningsih, G., 2007).
Demam pada bayi yang masih sangat muda (bayi baru lahir sampai usia di bawah 8 minggu) harus mendapat perhatian khusus, dan mungkin membutuhkan perawatan rumah sakit untuk mencari penyebab demam karena kemungkinan besar infeksi didapat dari proses persalinan, ataupun penyebab lain. Pada anak usia berapa pun bila terdapat peningkatan suhu tubuh lebih dari 40,5 0 C harus segera dibawa ke dokter (Hardaningsih, G., 2007).
Pada anak berumur kurang dari 3 tahun, semakin tinggi demam semakin serius penyebabnya. Bila anak tampak tidur berlebihan, kesadaran berubah, menolak minum susu, iritabel, perubahan perilaku dan bicara, terdapat gejala penyerta seperti gelisah, sakit kepala hebat kesulitan pernafasan, sakit perut, mual muntah, timbul rash pada kulit, telinga mengeluarkan cairan atau gejala lainnya yang tidak dapat dijelaskan segera menghubungi dokter secepatnya. Semakin tampak sakit, semakin besar kemungkinan demam berhubungan dengan proses infeksi berat (Hardaningsih, G., 2007).
Sebanyak 2 persen - 5 persen demam pada anak dapat mengakibatkan kejang. Kejang demam merupakan salah satu keadaan yang serius dan merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua atau orang yang melihatnya (Hardaningsih, G., 2007)
Kejang demam didefinisikan sebagai bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (380C, rectal) biasanya terjadi pada bayi dan anak antara umur 6 bulan dan 5 tahun yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Hardaningsih, G., 2007).
Perhatian dan kewaspadaan khusus diberikan bila demam muncul kembali pada anak yang pernah mengalami kejang demam, sehingga demam harus segera diturunkan karena diperkirakan cepatnya peningkatan temperatur menjadi pencetus untuk terjadinya kejang. (Hardaningsih, G., 2007).
Parasetamol (Asetaminofen) merupakan salah satu obat yang paling banyak digunakan sehari-hari. Obat ini berfungsi sebagai pereda nyeri dan penurun panas. Setelah berpuluh tahun digunakan, parasetamol terbukti sebagai obat yang aman dan efektif (Anonim, 2008)..
Tetapi, jika diminum dalam dosis berlebihan (overdosis), parasetamol dapat menimbulkan kematian. Parasetamol dapat dijumpai di dalam berbagai macam obat, baik sebagai bentuk tunggal atau berkombinasi dengan obat lain, seperti misalnya obat flu dan batuk. Antidotum overdosis parasetamol adalah N-asetilsistein (N-acetylcysteine, NAC). Antidotum ini efektif jika diberikan dalam 8 jam setelah mengkonsumsi parasetamol dalam jumlah besar. NAC juga dapat mencegah kerusakan hati jika diberikan lebih dini. Overdosis parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati (Anonim, 2008).

6.4. Pembahasan
Dari data percobaan yang diperoleh bahwa hewan percobaan mengalami kenaikan suhu setelah pemberian 2,4 dinitrofenol (DNF) yang bertindak sebagai pirogen eksogen yang menyebabkan demam. Demam terjadi karena terganggunya keseimbangangan antara produksi dan hilangnya panas. Alat pengatur suhu tubuh berada di hipotalamus.Pada keadaan demam keseimbangan ini terganggu tetapi dapat dikembalikan ke normal oleh obat mirip aspirin.Ada bukti bahwa peningkatan suhu tubuh pada keadaan patologik diawali penglepasan suatu zat pirogen endogen atau sitokin seperti interleukin-1 (IL-1) yang memacu penglepasan PG yang berlebihan di daerah preoptik hipotalamus.Selain itu PGE2 terbukti menimbulkan demam setelah diinfuskan ke ventrikel serebral atau disuntikkan ke daerah hipotalamus.Obat mirip aspirin menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesis PG.Tetapi demam yang timbul akibat pemberian PG tidak dipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu oleh sebab lain seperti latihan fisik (P.F.Wilmana, 1995).
Dari data rata-rata diperoleh bahwa obat x lebih baik dalam menurunkan suhu tubuh dengan kata lain lebih kuat efek antipiretiknya dibandingkan dengan paracetamol, artinya sebagai obat antipiretik obat X memiliki efek farmakologi yang lebih baik dibanding Paracetamol. Khasiatnya analgetis dan antipiretis, tetapi tidak antiradang. Dewasa ini pada umumya dianggap sebagai zat anti nyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Efek analgetisnya diperkuat oleh kofein dengan kira-kira 50% dan kodein Wanita hamil dapat menggunakan paracetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu. Pada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia, dan pada dosis biasa tidak interaktif. (Tjay, 2002).
Dari data juga terlihat suhu setelah pemberian obat naik turun, ini mungkin dipengaruhi cara pengukuran suhu tubuh pada rektal kurang tepat dan juga dipengaruhi duration of action serta onset of actionnya

VII. Kesimpulan dan Saran
7.1. Kesimpulan
- Efek dari pemberian 2,4- dinitrofenol adalah menyebabkan demam karena 2,4 dinitrofenol merupakan suatu pirogen eksogen yang dapat meningkatkan set point di hipotalamus sehingga timbul demam
- Efek parasetamol sebagai penurun panas yakni berdasarkan kerjanya yang mempengaruhi hipotalamus dengan menghambat COX-2 sehingga tidak terbentuk prostaglandin dan dengan vasodilatasi perifer sehingga suhu tubuh akan turun
- Efek antipiretik yang ditimbulkan oleh Obat X lebih besar daripada Parasetamol yang diberikan dalam dosis yang sama pada hewan percobaan
7.2. Saran
- Sebaiknya dalam percobaan diberikan juga obat-obat lain yang mempunyai efek antipiretik, misalnya : asetosal(aspirin) untuk membandingkan efek antipiretik yang dihasilkan.
- Sebaiknya digunakan juga hewan percobaan yang lain untuk melihat efek metabolisme hewan tersebut terhadap obat, karena proses metabolisme juga dipengaruhi oleh perbedaan spesies.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2008). Keracunan Parasetamol. www.wartamedika.com.
Guyton,A.C., Hall, J.T. (1996). Texbook Medical Physiology. Nineth Edition. Mississippi : W.B. Saundes Company. Pages 1146-1148.
Hardaningsih, G. (2007). www.wawasandigital.com
Katzung, B.G. (1998). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 574-575.
Mycek, M. J., Harvey, R.A., Champe, P. C. (2001). Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Widya Medika. Hal. 221-223.
Tjay, T.H., K. Rahardja. (2002).Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi Kelima. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Hal. 297-298.
Schunak. W. (1990). Senyawa Obat. Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 290.
Wibowo, S. (2006). Demam. www.suryo-wibowo.blogspot.com.

No comments:

Post a Comment